Jangan Jadi People Pleaser! Ini Ciri dan Cara Mengatasinya
jangan-jadi-people-pleaser-ini-ciri-dan-cara-mengatasinya

Pernahkah kamu merasa berat untuk menolak permintaan orang lain meski hatimu ingin berkata sebaliknya? Jika iya, bisa jadi kamu termasuk people pleaser. Perilaku ini sering terlihat manis karena tampak penuh perhatian, tapi sebenarnya bisa membawa dampak besar bagi karier serta kehidupan pribadimu.

Kamu mungkin merasa menjadi people pleaser adalah wujud kepedulian dan cara menjaga hubungan tetap harmonis. Padahal, jika berlangsung terus-menerus, hal ini membuatmu kehilangan kendali atas prioritas serta arah hidup. Jangan sampai itu terjadi, ya! Ketahui apa saja cirinya dan bagaimana cara menghindarinya. 

Apa Itu People Pleaser?

Istilah people pleaser digunakan untuk menggambarkan seseorang yang berusaha keras membuat orang lain senang meski harus mengorbankan kebutuhan, pendapat, maupun kenyamanan pribadi. Mereka lebih mengutamakan perasaan orang lain dibandingkan kepentingan diri sendiri. 

Dalam konteks pekerjaan, sikap ini terlihat dari kebiasaan selalu setuju, enggan menolak, hingga rela menerima beban kerja berlebih hanya demi menjaga hubungan tetap baik. Sekilas, perilaku tersebut memang tampak sebagai profesionalisme atau bentuk kerja sama tim. 

Namun, jika dilakukan berlebihan, dampaknya bisa berbalik merugikan. Kamu berisiko mengalami kelelahan, kehilangan kesempatan untuk berkembang, bahkan terjebak dalam kondisi yang tidak sehat.

Ciri-Ciri People Pleaser

Sayangnya, tidak semua orang menyadari bahwa dirinya adalah kelompok people pleaser. Inilah sebabnya, kamu harus tahu bagaimana ciri-cirinya, berikut di antaranya: 

1. Selalu menerima tugas tambahan

Sifat ini terlihat dari kebiasaan menerima pekerjaan ekstra meski jadwal sudah penuh. Rasa takut dianggap tidak kooperatif membuatmu sulit berkata tidak, sehingga kualitas hasil kerja berisiko menurun.

Kebiasaan ini biasanya lahir dari keinginan mendapatkan pengakuan atau rasa takut mengecewakan. Jika terus dibiarkan, waktu pribadi bisa terkuras dan stres meningkat, bahkan berujung burnout.

2. Menerima proyek yang tidak diminati

Terkadang, kamu memilih proyek yang sebenarnya kurang menarik atau dihindari orang lain hanya agar suasana tetap tenang. Sekilas, ini akan terlihat sebagai pengorbanan untuk tim, tapi kamu justru kehilangan kesempatan mengerjakan hal sesuai minat serta potensi.

Jika kebiasaan ini terus berulang, kamu bisa merasa terjebak dalam pekerjaan yang tidak memotivasi dan akhirnya akan berpengaruh pada kinerja. Jadi, cobalah belajar untuk menyuarakan preferensi serta berdiskusi terbuka dengan tim akan membantumu keluar dari pola tersebut.

3. Selalu mencari persetujuan semua pihak

People pleaser biasanya ingin semua orang merasa puas dalam setiap keputusan. Dalam rapat maupun diskusi, mereka cenderung menyesuaikan pendapat pribadi agar terlihat seragam dengan mayoritas.

Sekilas memang tampak demokratis, tapi terlalu banyak kompromi justru bisa membuat arah keputusan kabur serta tujuan utama sulit tercapai. Belajar mengambil keputusan berdasarkan masukan relevan tanpa harus menyenangkan semua pihak menjadi keterampilan penting untuk berkembang.

4. Lebih memilih diam saat rapat

Sebagian orang memilih diam dalam rapat untuk menghindari konflik, padahal mereka memiliki ide berharga. Sikap ini membuat kontribusi berkurang dan rekan kerja bisa menganggapmu pasif. 

Agar lebih berkembang, latihlah diri untuk menyampaikan pendapat dengan cara asertif. Gunakan bahasa sopan dan fokus pada solusi, sehingga idemu tetap tersampaikan tanpa menimbulkan ketegangan.

5. Selalu setuju meski tidak sepakat

Sering kali kamu mengangguk dan ikut menyetujui pendapat orang lain, padahal dalam hati tidak sependapat. Kebiasaan ini dilakukan demi menghindari perdebatan atau agar tetap terlihat menyenangkan. Jika terus berulang, identitas dan keyakinan pribadimu bisa memudar. 

Tidak hanya itu, orang lain pun bisa meragukan integritas serta kepercayaanmu. Belajar menyampaikan pandangan dengan sopan dan didukung alasan jelas akan membuatmu tetap dihargai meski berbeda.

6. Mengerjakan tugas tanpa imbalan

People pleaser biasanya akan sulit menolak permintaan bantuan, bahkan ketika itu di luar kontrak kerja atau tanggung jawab resmi. Akhirnya, mereka akan menghabiskan tenaga untuk pekerjaan yang tidak semestinya. Jika hal ini dibiarkan, kamu bisa dimanfaatkan orang lain serta kehilangan waktu berharga untuk tugas utama. 

Solusinya sebenarnya mudah, kamu hanya perlu belajar menegosiasikan kompensasi yang wajar atau menegaskan batas pekerjaan akan membantu menjaga profesionalisme.

7. Menerima tugas di luar kemampuan

Rasa takut mengecewakan membuat kamu mengambil tugas di luar kapasitas maupun pengalaman. Niatnya baik, tapi hasil bisa tidak sesuai harapan dan menambah beban mental. Lebih baik jujur mengenai kemampuan yang kamu punya, serta berikan solusi alternatif.

8. Menahan opini karena takut kritik

Banyak people pleaser memilih untuk diam karena khawatir pendapatnya dianggap salah. Padahal, kritik merupakan bagian penting dari proses belajar. Dengan menahan opini, kamu melewatkan kesempatan menunjukkan kemampuan. Melatih diri menerima kritik sebagai masukan positif akan membuatmu lebih berkembang.

9. Menyetujui deadline yang tidak realistis

Demi terlihat mampu, people pleaser sering menerima tenggat waktu di luar batas wajar. Akibatnya, mereka mengorbankan waktu istirahat, kehidupan pribadi, bahkan kesehatan. Padahal, sikap ini hanya akan membuat kualitas kerja menurun serta meningkatkan stres. Kamu bisa menyampaikan kapasitas yang realistis akan menjaga hasil tetap baik sekaligus melindungi keseimbangan hidup.

Cara Berhenti Jadi People Pleaser

Setelah mengetahui cirinya, kini saatnya membahas apa saja cara yang bisa kamu coba untuk berhenti dari kondisi ini. Dengan strategi yang tepat, kamu tetap bisa membangun hubungan yang sehat tanpa kehilangan kendali atas diri sendiri: 

  • Belajar berkata “tidak” dengan sopan. Kamu tidak harus memenuhi semua permintaan agar tetap dianggap baik. Mulailah dari hal sederhana, seperti menolak tambahan tugas ketika jadwal sudah penuh.
  • Tetapkan prioritas jelas dalam pekerjaan atau kehidupan pribadi. Dengan begitu, kamu bisa lebih fokus pada tujuan utama. Ingat, menjaga keseimbangan hidup jauh lebih penting dibanding sekadar membuat orang lain senang.
  • Latih rasa percaya diri. Sadari bahwa nilai diri tidak ditentukan oleh seberapa banyak kamu menyenangkan orang lain. Semakin percaya diri, semakin mudah kamu menjaga batas sehat dalam hubungan sosial.
  • Jangan ragu mengungkapkan pendapat dengan jujur. Perbedaan pandangan bukan hal buruk, justru bisa membuka ruang diskusi sehat. Dengan begitu, orang lain akan lebih menghargai dirimu sebagai pribadi yang tegas.
  • Jaga kesehatan mental. Luangkan waktu untuk istirahat, hobi, dan aktivitas yang membuatmu bahagia. Ingat, kamu juga berhak merasa tenang tanpa harus terus mengutamakan orang lain.

Berhenti Jadi People Pleaser, Bangun Karier yang Sehat

Jadi people pleaser mungkin terlihat menyenangkan, tapi dampaknya bisa menghambat karier. Waktu pribadi terkuras, produktivitas menurun, hingga kesehatan mental ikut terganggu. Jika kebiasaan ini terus berlanjut, perkembangan karier akan sulit maksimal.

Ingat, berkata “tidak” bukan bentuk egois, melainkan cara menjaga kesehatan diri sekaligus membangun karier lebih kokoh. Melalui perubahan ini, kamu bisa membuka jalan menuju peluang baru.

Jika kamu ingin menapaki jalan karier baru yang lebih sehat, terutama di bidang IT, cek lowongan terbaru di Talent Hero. Platform ini juga menawarkan berbagai tips seputar karier dan kerja yang sayang untuk dilewatkan. Yuk, registrasi sekarang!